Karena rotinya sangat terkenal. Tukang roti sangat hati-hati menjaga cita rasa. Dia rela turun tangan langsung untuk membuat rotinya. Tak seorang pun yang dia percayai untuk membantunya. Kurang pas, rasanya bila tidak dia turun tangan langsung. Memang pelanggan terus datang secara bertubi-tubi. Dari pagi sejak tokonya buka. Sampai tokonya tutup selalu saja pelanggan antri. Ia berjalan mondar-mandir melayani permintaan pelanggannya. Namun lihatlah apa yang terjadi dengan diri tukang roti ini. Dia sibuk memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Tapi dia lupa memberikan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
Hampir setiap hari dia selalu terlambat makan. Kadang-kadang nasehat dari sang istri untuk istrirahat. Tak dihiraukannya. Dia semakin lupa tugasnya sebagai seorang ayah. Bagi putri semata wayangnya. Lama mereka tidak berjalan bersama. Makan bersama. Maupun bermain bersama. Baginya uang yang banyak sudah cukup. Lama kelamaan kondisinya semakin menurun. Dia menjadi seorang pria yang kurus dan mempunyai banyak keluhan penyakit.
Lewat cerita Tukang Roti Kelaparan ini, Tim Elmore ingin memberikan sebuah nasehat kepada kita. Bahwa uang bukanlah segala-segalanya. Kita ingin memberikan yang terbaik bagi orang lain. Tapi kita lupa memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga. Jauh lebih penting bila kita bisa membagi waktu dengan bijak. Ya, semuanya penting. Tapi jauh lebih bijak bila kita mampu mengurus diri sendiri dan keluarga.
Pertanyaan:
Sudahkah anda memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar