Selasa, November 03, 2009

PENCURI IMPIAN

Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-2nya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menja di penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepukan kepadanya.
Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat,dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari.
Si gadis muda bertanya "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari ? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya".
"Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit",jawab sang pakar.
Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar.Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.
Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan. Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.

Si ibu bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"
"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-2 berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar.Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!"Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak .... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa anda mestinya fokus pada impian anda, bukan pada ucapan atau tindakan saya. Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. ada kalanya memotivasimu, bisa pula melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang bertumbuh, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya berhenti. saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agar hal itu bisa melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. Tidak pantas anda meminta pujian dari orang lain"."Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia.MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA- LAMANYA ...".

Sebuah Koin Penyok

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, sandang dan pangan. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini.Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya.
Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan ? Apa yang diambil oleh perampok tadi?" Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa.. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".
Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.

HANYA SEBUAH KELING

Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya suka damai, lembut … tidak memihak dan tidak munafik (Yakobus 3:17)
Bacaan: Yakobus 3:13-18
Para ilmuwan telah sepakat bahwa keling yang cacat merupakan penyebab tenggelamnya kapal Titanic yang "tak dapat tenggelam" itu. Menurut para peneliti yang baru-baru ini menyelidiki bagian-bagian kapal yang berhasil dikumpulkan dari puing-puing Titanic, keling kapal yang terbuat dari besi tempa, bukannya baja, menyebabkan badan kapal terbuka seperti resleting. Nasib Titanic membuktikan bahwa menghabiskan uang untuk peralatan mewah dan promosi publik, tetapi mengabaikan bagian-bagian yang "kecil" adalah tindakan bodoh.Dalam beberapa hal, gereja hampir sama seperti kapal, dan banyak orang di dalam gereja bertindak sebagai keling kapal. Meskipun keling sepertinya tidak penting, merekalah yang menyatukan bagian-bagian kapal dan menjaganya agar tetap mengapung.Banyak orang merasa tidak penting, bahkan perasaan itu juga menyerang orang-orang kristiani, dan beberapa orang melakukan hal-hal yang menyakitkan untuk membuat mereka merasa penting. Yakobus berkata, "Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat" (3:16). Orang-orang yang terkorupsi oleh keinginan duniawi akan kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan dapat meruntuhkan gereja-gereja besar, tetapi orang-orang yang murni dan tak bercacat (1:27) menyatukan gereja.
Sebagai anggota gereja, kita harus menjadi "keling-keling" yang tak bercacat. Jika kita murni (Yakobus 3:17), kuat (Efesus 6:10), dan berdiri teguh (1 Korintus 15:58), kita akan dipakai Tuhan untuk menjaga kapal-Nya agar tetap mengapung di tengah krisis —JAL
ADALAH HAL YANG BESAR UNTUK SETIA DALAM HAL-HAL YANG KECIL

Saat Memberi Saat Menerima

Saat engkau meneguhkan hati sahabatmu yang berada dalam ketakutan, sebenarnya engkau pun sedang menerima ketakutannya. Saat ketakutannya engkau terima, saat itulah juga, engkau mengganti ketakutannya dengan keberanianmu.
Saat isterimu mengandung anakmu, isterimu memberi makan janin itu lewat tali pusar dalam rahimnya; selama dalam kandungannya itulah, sebagai suami isteri, kalian sebenarnya menerima seorang manusia yang sudah pasrah total untuk diperlakukan apapun juga: mau serius dicintai, dirawat ataupun tidak! Itulah caranya seorang bayi dalam kandungan ibunya mencintai ibu dan ayahnya, bukan dengan memberi tapi menerima apapun perlakuan orang tuanya.
Saat engkau memberikan uang belanja kepada isterimu, saat itu jugalah engkau sebenarnya menerima kerendahan hati isterimu untuk diberi nafkah hidup.Saat engkau merawat suami, isteri dan anak-anakmu yang sedang sakit, saat itulah juga engkau belajar menerima keterbatasan kesehatan mereka, sehingga engkaupun belajar kerepotan agar hidup tetap berlangsung.
Saat engkau marah kepada anak-anakmu, saat itu juga engkau menerima telinga anak-anakmu untuk mendengarkan kata-katamu dengan penuh kesabaran, walaupun menyakitkan sekalipun.
Saat engkau marah kepada pasangan hidupmu, dan karena itu dia diam, saat itu jugalah engkau menerima kesediaannya menerima kata-kata kasar, mungkin pedas, dan menyakitkan, sampai pasanganmu tidak sanggup untuk membalasnya.
Saat engkau dendam kepada orang serumah, sampai engkau tidak mau berbicara dengan mereka; saat-saat itulah engkau sebenarnya menerima kegelisahan mereka karena merasa tidak lagi dipercaya!
Saat engkau mengampuni pasangan hidupmu dan anak-anakmu setelah konflik akibat berbagai macam masalah, saat itu jugalah engkau menerima kegembiraan mereka karena masih dipercaya walaupun telah berbuat salah!
Saat engkau percaya pada saudaramu, bahkan menaruh harapan bahwa saudaramu dapat berkembang meski dia itu rapuh; saat itulah sebenarnya engkau menerima kerapuhannya menjadi milikmu, dan engkau memberikan harapanmu sehingga berkobar dalam hatinya!Saat engkau memberi harapan kepada saudaramu, saat itu jugalah engkau melepaskan kacamata hitammu yang lama dan engkau mengganti dengan "kacamata baru" dari saudaramu. Saat itu jugalah engkau mengawali usaha untuk mengampuninya.Saat Tuhan mengampunimu, saat itu jugalah engkau menerima kehendak bebas dari-Nya agar engkau merasa sungguh dipercaya untuk menentukan keputusanmu demi kepentingan- Nya, yakni kepentingan untuk mengasihi sesama seperti Ia mengasihi.Saat engkau diampuni oleh Tuhan, saat itu pulalah dengan tulus, Tuhan menerima akibat dosa kita, agar hati kita ditukar dengan hati-Nya. Karena itu semoga hati kita tidak hanya menjadi seperti Hati Kristus yang mahakudus, melainkan akan "menjadi hati-Nya"!Saat Kristus menjadi "jantung hati"-mu, saat itu jugalah Kristus menempatkan dirimu pada "Jantung Hati-Nya"

Rakus dan Serakah

Virus ini tidak mengenal kata cukup, sebaliknya selalu kurang, kurang dan kurang. Mau memiliki sebanyak apapun, tetap saja ia merasa kurang. Virus ini selalu membuat kita fokus kepada diri sendiri egois dan tidak akan pernah perduli dengan orang lain. Virus ini juga yang membuat kita tidak pernah bersyukur kepada Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan sangat miskin akan ucapan syukur sebaliknya digantikan dengan tuntutan di sana sini. Inilah yang menjadi alasan mengapa Tuhan begitu muak dengan keserakahan.Jepang memiliki satu pepatah yang menggambarkan begitu bodoh dan naifnya orang-orang yang dikuasai keserakahan, “ Biarpun anda tidur di kamar seribu tikar, anda hanya bisa tidur diatas satu tikar saja.” Benar juga pepatah itu. Meski kita memiliki puluhan mobil, tetap saja kita hanya bisa menggunakan satu mobil saja untuk bepergian. Meski kita bisa beli makanan yang sedemikian banyak dan mewah, toh perut kita memiliki daya tampung yang terbatas. Meski kita punya banyak materi dan uang yang melimpah, toh semuanya itu akan ditinggalkan ketika kita berpulang.
Jangan sampai kita dikuasai nafsu rakus dan keserakahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap saat godaan untuk menjadi serakah selalu muncul dalam diri kita mengingat sikap alami manusia yang tidak pernah mengenal kata cukup. Kita harus menaklukkan sifat serakah itu. Lalu bagaimana kita bisa mengatasi nafsu rakus dan serakah dalam diri kita? Cara yang paling sederhana untuk mengatasi sifat serakah adalah dengan belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada tidak egois dan selalu mengucap syukur kepada Tuhan.Biarpun anda tidur di kamar seribu tikar, anda hanya bisa tidur diatas satu tikar saja.Tuhan Yesus Memberkati..

BUANG SEMUA KEKUATIRAN

“Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.” Amsal 12:25
Saat ini kekuatiran melanda banyak orang. Macam-macam hal yang dikuatirkan : ekonomi keluarga, studi, pasangan hidup atau masa depan. Apalagi banyak informasi dari berbagai media tentang keadaan yang semakin memprihatinkan seperti konflik antarnegara yang tidak kunjung usai, bencana alam, wabah penyakit dan juga krisis ekonomi global. Sangatlah manusiawi bila semua orang semakin kuatir dalam menjalani hidup ini.Sebenamya perasaan kuatir itu muncul bukan akibat besar kecilnya masalah atau tantangan yang dihadapi, melainkan ketika orang cenderung mengandalkan kekuatan diri sendiri. Kekuatiran itu sendiri merupakan kegagalan seseorang dalam menghadapi tantangan sebelum melakukan peperangan. Rasa kuatir ini tidak hanya dialami orang dunia saja, orang Kristen pun mengalami hal yang sama, seolah-olah tidak ada pengharapan. Firman-Nya jelas menyatakan bahwa Tuhan menjamin masa depan anak-anakNya yang senantiasa bersandar dan berharap kepada Dia, “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” (Amsal 23:18). Ingat! Kekuatiran merupakan celah dalam kehidupan kita yang memberikan kesempatan kepada kuasa jahat untuk menggagalkan dan menghancurkan kita.
Di tengah dunia yang makin sulit dan penuh tantangan ini kita harus makin sungguh-sungguh melekat pada Tuhan dan tekun tinggal dalam Dia. Jadi, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7). Bunga bakung saja yang tidak bekerja dan memintal didandani Tuhan sedemikian rupa walaupun hari ini ada dan esok dibuang. Apalagi kita, ciptaan paling mulia di antara segala ciptaan-Nya yang adalah biji mata Tuhan sendiri. Seberat apa pun pencobaan kita, percayalah semuanya itu tidak melebihi kekuatan kita, justru semakin menguatkan otot-otot iman kita kepada Tuhan karena Dia sanggup menolong dan memberkati kita dengan cara-Nya yang ajaib. “Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:9).
Jangan kuatir, apalagi menyerah pada keadaan, karena ada Yesus yang senantiasa menyertai dan memelihara hidup kita sampai akhir zaman!